Rabu, 11 Januari 2012

WAKATOBI: Taman Laut Terindah di Dunia

Jacques Costeau, jurnalis selam dunia, “Wakatobi adalah tempat penyeleman terindah di dunia.” (Wakatobi is the finest diving site in the world).

Wakatobi yang luasnya 1,39 juta ha ditetapkan sebagai kawasan taman nasional sejak 1996. Taman ini menyimpan anekaragam hayati laut, skala dan kondisi karang yang menempati salah satu posisi prioritas tertinggi dari konservasi laut di Indonesia. Taman Nasional Wakatobi memiliki panorama bawah laut yang menakjubkan, dengan potensi sumberdaya alam laut yang bernilai tinggi, baik jenis dan keunikannya. Secara umum, perairan lautnya mempunyai konfigurasi, mulai dari darat hingga melandai kearah laut, beberapa daerah perairan terdapat yang bertubir curam. Kedalaman airnya bervariasi, bagian terdalam mencapai 1.044 meter dengan dasar perairan sebagian besar berpasir dan berkarang.
Taman nasional Wakatobi memiliki 25 gugusan terumbu karang, dikelilingi pantai dan pulau-pulau karang sepanjang 600 km. Lebih dari 112 jenis karang dari 13 famili diantaranya Acropora formosa, A. hyacinthus, Psammocora profundasafla, Pavona cactus, Leptoseris yabei, Fungia molucensis, Lobophyllia robusta, Merulina ampliata, Platygyra versifora, Euphyllia glabrescens, Tubastraea frondes, Stylophora pistillata, Sarcophyton throchelliophorum, dan Sinularia spp.
Kekayaan jenis ikan yang dimiliki taman nasional Wakatobi berjumlah 93 jenis ikan konsumsi perdagangan dan ikan hias. Diantaranya, argus bintik (Cephalopholus argus), takhasang (Naso unicornis), pogo-pogo (Balistoides viridescens), napoleon (Cheilinus undulatus), ikan merah (Lutjanus biguttatus), baronang (Siganus guttatus), Amphiprion melanopus, Chaetodon specullum, Chelmon rostratus, Heniochus acuminatus, Lutjanus monostigma, Caesio caerularea, dan lain-lain.
Selain itu, terdapat beberapa jenis burung laut seperti angsa-batu coklat (Sula leucogaster plotus), cerek melayu (Charadrius peronii), raja udang erasia (Alcedo atthis); juga terdapat tiga jenis penyu yang sering mendarat di pulau-pulau yang ada di taman nasional yaitu penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu tempayan (Caretta caretta), dan penyu lekang (Lepidochelys olivacea).
Beberapa jenis biota laut lainnya yaitu kima, lola, ikan, penyu, serta jenis-jenis lainnya. Sesuai dengan konsep ekowisata, Pemda mengajak peran serta aktif masyarakat Kabupaten Wakatobi untuk memelihara ekosistem pantai. Salah satu peran aktif masyarakat adalah dengan tidak menangkapan ikan dengan menggunakan bom dan racun cyanida, tidak mengambil biota laut yang dilindungi seperti penyu hijau, penyu sisik, kima, lola, serta tidak mengambil batu karang yang menjadi bagian terumbu karang. Pemda bersama beberapa LSM juga aktif melakukan pendampingan guna menumbuhkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian laut.
Masyarakat asli yang tinggal di sekitar taman nasional adalah suku laut atau yang disebut suku Bajau. Menurut catatan Cina kuno dan para penjelajah Eropa, menyebutkan bahwa manusia berperahu adalah manusia yang mampu menjelajahi Kepulauan Merqui, Johor, Singapura, Sulawesi, dan Kepulauan Sulu.
Dari keseluruhan manusia berperahu di Asia Tenggara yang masih mempunyai kebudayaan berperahu tradisional adalah suku Bajau. Melihat kehidupan mereka sehari-hari merupakan hal yang menarik dan unik, terutama penyelaman ke dasar laut tanpa peralatan untuk menombak ikan. Pulau Hoga (Resort Kaledupa), Pulau Binongko (Resort Binongko) dan Resort Tamia merupakan lokasi yang menarik dikunjungi terutama untuk kegiatan menyelam, snorkeling, wisata bahari, berenang, berkemah, dan wisata budaya.
Kabupaten Wakatobi adalah salah satu Daerah Tingkat II di provinsi Sulawesi Tenggara, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Wangi-Wangi, dibentuk berdasarkan UU Nomor 29 Tahun 2003 tanggal 18 Desember 2003. Luas wilayah 823 km2 dan pada tahun 2003 berpenduduk 91.497 jiwa, terdiri dari laki-laki 44.843 jiwa dan perempuan 46.654 jiwa.
Wakatobi adalah singkatan dari Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko, nama empat pulau terbesar di Kabupaten Wakatobi. Kabupaten Wakatobi terletak di tenggara Pulau Buton dan terbagi menjadi 4 kecamatan yakni Wangi Wangi (dengan ibukota kecamatan di Wanci), Kaledupa (beribukota di Ambeua), Tomia (Waha), dan Binongko (Rukuwa). Kepulauan yang sebelumnya bernama Tukang Besi ini berpenduduk sekitar 100.000 jiwa.

Nadine Chandrawinata, Duta Ekowisata Wakatobi
Nadine Chandrawinata (24), Puteri Indonesia 2005, dinobatkan sebagai Duta Ekowisata Wakatobi oleh Bupati Wakatobi Ir. Hugua. Penerimaan gelar yang dilaksanakan di Wangi-wangi, ibu kota kabupaten Wakatobi, didasarkan atas kepedulian sang mantan puteri Indonesia atas keadaan laut Indonesia dan kecintaannya akan olah raga menyelam.
Menurut Nadine, kesediaannya menerima tawaran menjadi Duta Ekowisata Wakatobi karena kabupaten ini memiliki salah satu pemandangan laut terindah di Indonesia, bahkan di dunia. Wakatobi memang memiliki salah satu pemandangan bawah laut terindah. Hal ini terbukti dengan adanya sebuah Diving Resort di Pulau Onemooba. Resort Selam itu adalah milik seorang warga Swiss yang telah mengantongi kontrak untuk wilayah tersebut selama 30 tahun. Karena keindahannya, Pengusaha itu bahkan berani menanamkan modalnya hingga puluhan ribu dolar Amerika untuk menambah fasilitas yang ada.

Wisata Bahari
Pariwisata bahari adalah aktivitas wisata yang telah lama dikembangkan di Kepulauan Wakatobi, yang didukung dengan keberadaan Taman Laut Nasional Kepulauan. Keunggulan aset wisata ini, tak lain karena hamparan karang yang sangat luas disepanjang perairan dengan topografi bawah laut yang kompleks seperti bentuk slope, flat, drop-off, atoll dan underwater cave dengan biota laut yang beraneka ragam.
Kedalaman airnya bervariasi bagian terdalam mencapai 1.044 meter dengan dasar perairan berpasir dan berkarang, wilayah tersebut memiliki potensi yang cukup penting terutama keberadaan terumbu karang dan berbagai jenis biota laut yang beraneka ragam dengan nilai estetika dan konservasi yang tinggi.
Secara spesifik, taman laut kepulauan Wakatobi memiliki sekitar 25 gugusan terumbu karang, dengan 750 species yang dikelilingi total 600 km2, serta obyek wisata pantai yang sangat potensial untuk dikelola, tersebar diseluruh wilayah Wakatobi. Berdasarkan potensi tersebut, kawasan ini menjadi sangat comportable untuk aktivitas wisata selam seperti surfing dan snorkeling, serta wisata memancing. Salah seorang jurnalis selam asing bernama Jacques Costeau menggelari Wakatobi sebagai tempat penyeleman terindah di dunia (Wakatobi is the finest diving site in the world).

Wisata Budaya
Adanya berbagai warisan sejarah kepurbakalaan serta eksistensi sosial dan budaya yang unik dan khas ditengah masyarakat, merupakan kekayaan budaya yang memiliki nilai daya tarik tersendiri, sebagai penunjang bagi pengembangan sektor pariwisata.
Peninggalan budaya masa lalu memberikan karakteristik dan kekayaan nilai-nilai budaya yang hingga saat ini dapat dilihat pada pola/tradisi kehidupan masyarakat Wakatobi yang lebih dikenal sebagai masyarakat kepulauan dan pesisir. Sehingga budaya masyarakat yang dimiliki lebih bersifat budaya pesisir (marine antropologis). Eksisting budaya inilah yang memberikan fenomena unik bagi
pengembangan pariwisata yang berbasis pada nilai-nilai budaya.
Ada dua macam suku di Kepulauan Tukang Besi, yaitu Tukang Besi utara dan selatan. Total penduduk kedua suku tersebut kini mencapai kisaran 250.000 orang, tersebar di empat pulau besar Wakatobi. Mata pencarian suku Tukang Besi adalah bertani. Makanan pokok mereka adalah ubi-ubian, yang biasa dibakar dan dimakan bersama ikan. Suku Tukang Besi selatan juga termasuk rumpun suku Buton. Ketergantungan hidup mereka terletak pada hasil laut yang menjadi santapan sehari-hari.
Kepulauan Tukang Besi, sebuah gugusan kepulauan yang terdiri dari empat pulau besar dengan luas sekitar 821 km2. Empat pulau besar tersebut adalah Wangi-wangi, Kaledupa, Tomia dan Binongko yang oleh masyarakat setempat biasa diakronimkan sebagai WAKATOBI.
Sebagaimana namanya, Tukang Besi, kepulauan ini memang terkenal dengan pembuatan keris tradisional yang indah dan tetap diproduksi hingga sekarang. Gugusan kepulauan ini memiliki alam yang masih asli, tenang dengan air laut yang segar, gua-gua bawah laut yang saling berdekatan satu sama lain yang disuguhkan khusus untuk pecinta alam sejati. Bisa dikatakan bahwa wilayah ini merupakan kawasan wisata taman laut pertama di Indonesia.
Meski menyelam bisa dilakukan setiap saat, tetapi bulan April dan Desember adalah bulan yang paling baik untuk melakukan penyelaman karena cuacanya sangat bagus. Di samping menyelam dan snorkling di pantai juga disediakan khusus motor selam, tour snorkling dan penjelajahan di kepulauan. Sebuah kawasan kecil yang berlokasi di samping pulau Tomia seluas 8 km2, bernama Pulau Tolandona (Pulau Onernobaa) memiliki keunikan karena pulau ini dikelilingi taman laut yang indah.
Kepulauan Tukang Besi mempunyai 25 gugusan terumbu karang yang masih asli dengan spesies beraneka ragam bentuk. Terumbu karang menjadi habitat berbagai jenis ikan dan makhluk hidup laut lainnya seperti moluska, cacing laut, tumbuhan laut. Ikan hiu, lumba-lumba dan paus juga menjadi penghuni kawasan ini. Kesemuanya menciptakan taman laut yang indah dan masih alami.
Taman laut yang dinilai terbaik di dunia ini sering dijadikan ajang diving dan snorkling bagi para penyelam dan wisatawan. Sejak tahun 1996, kawasan Wakatobi ditetapkan sebagai taman nasional.
Kawasan wisata juga terdapat di Pulau Wangi-Wangi, Hoga, pulau di sebelah Kaledupa dan Binongko. Selain snorkling dan diving, aktivitas pariwisata lain yang bisa dinikmati adalah pemandangan pantai, menyusuri gua, fotografi, berjemur, dan camping.
Empat pulau besar di Wakatobi memiliki karakteristik khusus, yakni setiap pulau merupakan satu wilayah kecamatan, kecuali Pulau Wangi-Wangi yang terdiri dari dua kecamatan. Wangi-Wangi, pulau pertama yang dijumpai saat memasuki Kabupaten Wakatobi, menjadi pintu gerbang dan paling dekat dengan Pulau Buton. Di sini terdapat pelabuhan besar yang melayani kapal barang dan penumpang di Desa Wanci. Jika Pulau Wangi-Wangi menjadi pintu gerbang transportasi laut, maka Pulau Tomia menjadi pintu gerbang transportasi udara.

Penginapan
Bersamaan dengan penetapan kawasan taman nasional, investor swasta asal Swiss, Lorentz Mader, juga membangun bungalo bertaraf internasional sebagai sarana untuk menikmati keindahan taman laut tersebut. Bungalo yang disebut Wakatobi Dive Resort ini berada pada pulau kecil yang disebut Onemobaa di depan Pulau Tomia.
Keberadaan kawasan wisata tersebut sedikit banyak memberi dampak positif bagi penduduk. Selain menciptakan lapangan kerja, masyarakat juga dilibatkan pada pengembangan pariwisata, di antaranya sebagai pemasok kerajinan rakyat tenun Tomia dan pande besi, serta terlibat dalam pertunjukan kesenian budaya.
Kawasan pariwisata juga ada di Pulau Wangi-Wangi, Hoga, pulau di sebelah Kaledupa, dan Binongko. Tahun 2002 tercatat 7 sarana penginapan di Wakatobi yang menyediakan 48 kamar dan 73 tempat tidur. Selain snorkling dan diving, aktivitas pariwisata lain yang bisa dinikmati adalah pemandangan pantai, menyusuri gua, fotografi, berjemur, dan camping.

Cara Menuju Wakatobi
Setelah menempuh perjalanan 5-6 jam dengan kapal cepat dari Kendari, Bau-Bau menjadi tempat transit berikutnya ke Wakatobi. Perjalanan tidak dapat langsung karena jadwal penyeberangan Bau-Bau-Wanci, pintu gerbang Wakatobi terbatas. Lagi pula penyeberangan dengan kapal kayu sekitar satu hari akan sangat melelahkan. Jalur yang biasa dipakai dari Bau-Bau adalah perjalanan darat ke Lasalimu, kecamatan di sebelah tenggara Bau-Bau, sekitar 3 jam. Selanjutnya menyeberang ke Wakatobi. Itu pun jadwal penyeberangan sekali sehari, pukul 06.00.
Jika anda ingin berkunjung ke Wakatobi, pada bulan Juli-September ombak bisa setinggi gunung. Namun, bagi anda yang berjiwa petualang, ombak besar menjadi halangan untuk mengunjungi gugusan kepulauan di antara Laut Banda dan Laut Flores ini. Tapi bila anda ingin lebih‚aman’, bulan Oktober sampai awal Desember merupakan pilihan terbaik menikmati keindahan di Wakatobi. Begitulah beberapa pesan penduduk Wakatobi yang ditemui di Kota Bau-Bau.
Sebenarnya Wakatobi tidak hanya mengandalkan transportasi laut dari Bau-Bau atau Lasalimu. Sejak tahun 2001, transportasi udara bisa menjangkau wilayah kepulauan di timur Pulau Buton ini. Namun, ongkos perjalanan sangat mahal, selain itu transportasi udara hanya melayani jalur Denpasar-Wakatobi dengan jadwal tiap 11 hari.
Cara lain untuk menuju Wakatobi, kita harus berada di Kendari, ibukota Sulawesi Tenggara. Dari Kendari, ada kapal reguler menuju pulau Wangi-wangi yang berangkat setiap pagi pukul 10. perjalanan memakan waktu 10-12 jam. Dari Wangiwangi, menuju ke pulau lain dapat ditempuh menggunakan perahu sewaan atau perahu reguler yang sederhana dan aman.
Cara pencapaian lokasi: Kendari ke Bau-bau dengan kapal cepat regular setiap hari dua kali dengan lama perjalanan lima jam atau setiap hari dengan kapal kayu selama 12 jam. Dari Bau-bau ke Lasalimu naik kendaraan roda empat selama dua jam, lalu naik kapal cepat Lasalimu-Wanci selama satu jam atau kapal kayu Lasalimu-Wanci selama 2,5 jam. Wanci merupakan pintu gerbang pertama memasuki kawasan Taman Nasional Wakatobi.
Untuk mencapai kepulauan Wakatobi, para pengunjung harus transit di Makassar. Dari Makassar, pengunjung akan menempuh penerbangan selama 45 menit ke Kendari. Setelah itu, pengunjung akan menempuh perjalanan laut selama 9 jam menggunakan kapal motor menuju Wanci. Jika yang ditawarkan adalah pesona bawah laut yang sangat memukau di laut Wakatobi, tentu perjalanan yang sedikit melelahkan ini tidak akan menciutkan nyali anda. Musim kunjungan terbaik: bulan April s/d Juni dan Oktober s/d Desember setiap tahunnya.
Banyak jalan menuju Wakatobi. JIKA hendak berkunjung ke Wakatobi bulan Juli-September harus siap menghadapi ombak setinggi gunung. Namun, bagi yang berjiwa petualang, ombak besar tidak menjadi halangan untuk mengunjungi gugusan kepulauan di antara Laut Banda dan Laut Flores itu. Bagi yang tidak sanggup menghadapinya, bulan Oktober sampai awal Desember merupakan pilihan terbaik menikmati keindahan di Wakatobi. Begitulah beberapa pesan penduduk Wakatobi yang ditemui di Kota Bau-Bau.
Setiap hari, bila cuaca bagus, masyarakat aktif melakukan pelayaran Wanci-Lasalimu. Bahkan sejak zaman dahulu, mayoritas masyarakat yang termasuk suku Bajau sering berlayar mencari ikan atau merantau ke luar Wakatobi, malahan ke luar Indonesia. Mereka terbiasa hidup di laut dan sanggup beradaptasi dengan alam. Begitu juga dengan wisatawan asing. Tahun 2002 kunjungan wisatawan asing meningkat 22 persen dari tahun sebelumnya 540 orang.
Dan setiap bulan selalu ada wisatawan asing berwisata ke Wakatobi. Bulan Juli-September saat angin timur, kunjungan wisatawan turun 50 persen. Apa yang sebenarnya menjadi daya tarik Wakatobi? Kepulauan yang juga dikenal dengan sebutan Kepulauan Tukang Besi ini mempunyai 25 gugusan terumbu karang yang masih asli dengan spesies beraneka ragam bentuk.
Terumbu karang menjadi habitat berbagai jenis ikan dan makhluk hidup laut lainnya seperti moluska, cacing laut, tumbuhan laut. Ikan hiu, lumba-lumba, dan paus juga menjadi penghuni kawasan ini. Kesemuanya menciptakan taman laut yang indah dan masih alami. Taman laut yang dinilai terbaik di dunia ini sering dijadikan ajang diving dan snorkling bagi para penyelam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar